BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan kunjungan industri di DI
Yogyakarta yaitu tepatnya di PT. Madukismo ini kami buat untuk kelancaran dalam
proses belajar mengajar sebagai bahan penilaian tugas. Laporan kunjungan
industri ini
saya buat berdasarkan pengamatan pada saat berkunjung di PT. Madukiismo. Dalam
pengamatan tersebut kami bisa melihat cara memproduksi, waktu memproduksi gula
pasir, juga alat-alat dan mesin yang digunakan.
Diharapkan dari hasil laporan ini para
pembaca dapat mengambil manfaat. Dan dapat digunakan untuk belajar terjun
dimasyarakat dan di dunia kerja.
B. Tujuan Kunjungan Industri
Tujuan dibuatnya
laporan kunjungan industri ini adalah sebagai berikut :
2.
Sebagai laporan kunjungan kunjungan industri di Industri / Perusahaan di
Bantul, Yogyakarta yaitu PT. Madukismo
3. Membekali
para siswa-siswi akan gambaran pengalaman langsung proses produksi
industri gula
4.
Meningkatkan profesionalisme para siswa-siswi di bidang pengetahuan / ilmu yang
diperoleh di sekolah dan ilmu yang terapkan di dunia kerja
5. Siswa-siswi dapat
membandingkan antara teori dan praktek lapangan
C.
Manfaat Kunjungan
Laporan kunjungan
industri ini bermanfaat untuk :
1. Meningkatkan wawasan kepada para
pembaca tentang kunjungan di PT. Madukismo.
2. Dapat
memberikan gambaran kepada para pembaca tentang cara membuat/cara memproduksi
gula
D. Waktu Praktik Industri
Waktu
Kegiatan
Sabtu, 15 Desember 2018
07.00
Berangkat menuju PT. Madukismo
08.00
Sampai Di PT. Madukismo
08.10
Memasuki aula untuk penyuluhan dari PT. Madukismo
09.30
Selesai penyuluhan dari PT. Madukismo dan menuju PT.
Madukismo manaiki kereta yang sudah disediakan
09.45
Masuk pabrik untuk melihat isi pabrik dan cara kerja
mesin pengolahan tebu, dan melihat proses pembuatan alkohol
13.00
Beralih dari PT. Madukismo menuju tempat makan siang
dan sholat
E. Tempat Industri
Nama Perusahaan : PT. Madukismo
Alamat :
Tromol Pos 49, Jl. Padokan,
Rogocolo, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55181
BAB II
KEGIATAN
KUNJUNGAN INDUSTRI
A. Profil PT. Madukismo
PG-PS Madukismo adalah satu – satunya pabrik gula dan pabrik
alkohol/spirtus di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas untuk
mensukseskan program pengadaan pangan Nasional, khususnya Gula Pasir. Sebagai
Perusahaan padat karya banyak menampung tenaga kerja dari Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Perusahaan ini
dibangun tahun 1955 atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang diresmikan
oleh presiden RI Pertama Ir. Soekarno. Pabrik Gula mulai memproduksi tahun 1958
dan Pabrik Spritus mulai memproduksi tahun 1959.
PT Madu Baru
dibangun di atas lokasi Bangunan Pabrik Gila Padokan ( satu diantara dari 17
Pabrik Gula di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibangun Pemerintah belanda,
tetapi di bumi hanguskan pada masa Pemerintah Jepang ), yang terletak di Desa
Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi
daerah Istimewa Yogyakarta.
Status dari
perusahaan ini adalah Perseroan Terbatas, didirikan tanggal 14 Juni 1955 diberi
nama: “Pabrik-Pabrik Gula Madu Baru PT”( P2G Madu Baru PT ), memiliki dua
pabrik :
· Pabrik
Gula ( PG ) Madukismo
· Pabrik
Alkohol/Spirtus ( PS ) Madukismo
Nama Perusahaan
: PT Madubau PG-PS Madukismo
Alamat
: Tromol Pos 49, Jl. Padokan, Rogocolo, Tirtonirmolo, Kasihan,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55181
Produk yang dihasilkan
: Gula Bulk, Gula
Retail, Alkohol Murni , Spiritus, Suplemen Makanan Ternak , Pupuk Madros,
Kompor Spiritus Madubaru
Direktur
: Ir. Rachmad Edi Cahyono M,S
Visi
dan Misi Perusahaan
Visi
:
PT
Madu Baru menjadi perusahaan agro industri yang unggul di Indonesia dengan
petani sebagai mitra sejati.
Misi
:
· Menghasilkan
gula dan etanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan
industri di Indonesia
· Menghasilkan
produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikelola
secara profesional dan inovatif memberikan pelayanan yang prima kepada
pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani
· Mengembangkan
produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis inti
· Menempatkan
karyawan dan stackholder lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses
penciptaan keunggulan produksi dan pencapaian shareholder value
B.
PROSES PRODUKSI
1. PROSES PEMBUATAN GULA TEBU
1.1 Proses
Penimbangan
Proses awal di PG Madukismo dimulai dari penerimaan bahan baku yang
biasanya diangkut menggunakan truk dan dipindahkan ke lori. Tebu yang masuk
harus memiliki SPA (Surat Perintah Angkut), nama pemilik kebun dari tebu yang
diangkut, nomor SPA, asal kebun, berat bruto, nama sinder, dan luas kebun. Tebu
yang digunakan dalam pembuatan gula di PG Madukismo berasal dari Pasuruan,
Solo, dan Yogyakarta.
Tebu yang masuk menggunakan truk akan melewati jembatan timbangan di
pintu masuk untuk mengnghitung berat tebu bersama truk. Pada saat menimbang
diperhatikan kepekaan, ketepatan, posisi ketepatan jarum, dan kesamaan
pencatatan angka agar tidak terjadi kesalahan pada saat perhitungan berat tebu.
Tebu yang masuk mengunakan truk, selanjutnya akan dipindahkan ke lori
menggunakan Hoist crane. Hoist
crane merupakan suatu alat yang dapat digerakkan melingkar 360°.
Truk yang telah kosong akan keluar dari stasiun ini dan akan ditimbang kembali
berat kosongnya pada jembatan penimbangan di pintu keluar.
Lori di PG. Madukismo yang mengangkut tebu ditarik oleh lokomotif menuju Emplasment tebu. Dari Emplasment lalu dibawa ke
stasiun Penggilingan. Tebu diangkut dari lori menggunakan crane tebu lalu dipindahkan ke
meja tebu. Lori yang kosongditarikkembalikeEmplasmentdepanuntukdiisitebulagi.
1.2. Proses Penggilingan
Penggilingan tebu bertujuan untuk memisahkan nira dari serabut atau
ampas pada batang tebu dan menekan kehilangan gula dalam ampas sekecil mungkin.
Proses pemerasan tebu dilakukan menggunakan rangkaian gilingan. Kriteria tebu
yang baik PG Madukismo adalah manis, bersih, dan segar.
Setelah proses penimbangan, tebu dipindahkan ke meja tebu. Meja tebu
yang digunakan di PG Madukismo menggunakan leveller yang berguna dalam mengatur jumlah tebu yang akan
jatuh di crane carrier I
kemudian diteruskan ke unigrator.
Untuk memperbesar bidang permukaan tebu agar semakin efektif mengambil sarinya,
tebu dimasukkan ke unit unigrator yang
akan menghancurkan tebu dan dibuat menjadi serpihan kecil. Tebu yang telah
hancur akan diteruskan ke rol gilingan dan diberikan tekanan yang merata pada
rol gilingan. Dengan demikian akan diperoleh nira secara maksimal.
PG Madukismo memiliki 1 unit unigrator Mark
IV yang digerakkan oleh turbin dengan daya 1085 HP dan mempunyai fungsi untuk
memotong-motong dan menyayat tebu. Unigrator ini sebagai pengganti pisau tebu
yang mulai tahun 1997 sudah tidak dipergunakan lagi. Keuntunganpenggunaanunigratoryaitu:
a.
Memudahkan dalam pemerahan (semakin banyak yang terpotong atau tersayat maka akan lebih ringan dalam pemerahan).
b. Membuka
sel-sel sebanyak mungkin sehingga gula yang dikeluarakan lebih banyak.
Selain memiliki
kelebihan, unigrator juga memiliki kelemahan, yaitu ampas yang dihasilkan lebih
halus sehingga mudah lolos dan terikut ke stasiun pemurnian. Pada stasiun
pemurnian akan terbebani dengan adanya ampas halus. Serpihan-serpihan
tebu dari unigrator kemudian diangkut conveyor miring
ke unit gilingan I.
Alat gilingan terdiri dari 3 bagian yaitu rol atas, rol muka, dan rol
belakang. Rol atas dipasang pada bantalan yang dapat bergerak naik turun,
posisi rol ini terhadap rol muka dan belakang dipasang saling dengan posisi
rapat sehingga ampas yang masuk ke unit gilingan dapat terperah serta
menghasilkan nira sebanyak mungkin. Gilingan yang di PG Madukismo terdapat 5
unit gilingan yang dirangkai secara seri dan dilengkapi dengan saringan pasir
dan saringan ampas kasar maupun halus. Rol muka berfungsi sebagai menerima
cacahan tebu yang masuk dan menahan tekanan dari rol atas. Plat ampas dipasang
diantara rol muka dan rol belakang yang berfungsi meneruskan ampas dari bukaan
muka ke bukaan belakang.
Unit gilingan di PG Madukismo diberi tekanan hidrolik dengan tekanan
sebesar 200-300 kg/cm3. Penggunaan pompa hidrolik berfungsi untuk:
a. lebih mudah mengatur tekanan.
b. tekanan setiap saat dapat diperiksa.
c. tekakanan tetap konstan meskipun ampas
masuk dalam gilingan berkurang.
d. Aman terhadap keretakan bila ampas terlalu
tebal.
Adanya tekanan pada rol atas serta adanya alur pada rol bawah, membuat
nira yang diperoleh akan keluar melalui alur-alur tersebut dan ampas akan
keluar dan digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Menururt Chen & Chou
(1993), proses pemerahan nira perlu mendapat perhatian khusus karena
kemungkinan terjadi kontaminan sangat besar. Walaupun pada proses selanjutnya
akan diproses pada suhu tinggi untuk membunuh mikroorganisme yang ada, namun
akan sangat baik bila nira tidak terkontaminasi sejak awal agar jumlah
mikroorganisme tidak meningkat pada proses selanjutnya. Salah satu penyebab
kontaminasi adalah alat dan mesin yang digunakan.
Penggilingan tebu di PG Madukismo dilakukan dengan 5 tahap proses
penggilingan yaitu:
· Gilingan I
Pada gilingan yang pertama,
tebu yang telah dicacah diperah sampai keluar niranya. Nira hasil gilingan
pertama disebut sebagai Nira Perahan Pertama (NPP). NPP kemudian ditampung pada
bak penampungan nira mentah, sedangkan ampas yang dihasilkan diperah kembali
pada penggilingan II.
· Gilingan II
Pada tahap penggilingan kedua,
ampas dari proses penggilingan pertama digiling kembali. Hasil perahan pada
gilingan kedua disebut sebagai Nira Perahan Lanjutan (NPL). Nira hasil perahan
giilingan II ini dicampur dengan NPP dan dinamakan nira mentah. Pada proses
penggilingan kedua ini diberikan nira imbibisi hasil gilingan III.
· Gilingan III
Pada gilingan III dilakukan
pemerahan ampas dari gilingan kedua. Pada gilingan III ditambahkan dengan nira
imbibisi hasil perahan gilingan IV. Nira yang didapatkan dari gilingan ketiga
ini kemudian disaring dengan saringan goyang (screen) yang terbuat dari tembaga. Ampas gilingan III diperah
lagi pada gilingan IV.
· Gilingan IV
Gilingan IV menggunakan ampas
dari gilingan ketiga yang kemudian diperah kembali. Pada penggilingan keempat
ditambahkan nira imbibisi. Nira imbibisi yang ditambahkan pada proses ini
merupakan nira hasil perahan gilingan V. Selain ditambahkan nira imbibisi, pada
proses ini juga ditambahkan air imbibisi.
· Gilingan V
Gilingan V menggunakan ampas
dari gilingan keempat. Pada saat proses pemerahan ditambahkan air imbibisi. Air
imbibisi yang ditambahkan pada gilingan IV dan V memiliki suhu sebesar 60-70°C
sebanyak 20-30 % dari jumlah tebu yang digiling. Air imbibisi ini berasal dari
air jatuhan kondensat.
Dari nira gilingan pertama (NPP) dilakukan pengamatan, didapatkan brix
sebesar 15.6 dengan Suhu 30.5 & koreksi suhu 0.20 Brix terkoreksi 15.80 dan
drying 56.6. Pada Nira Perahan Lanjut (NPL) atau gilingan kedua dilakukan
pengamatan, didapatkan brix sebesar 12.2, suhu 30.5 & koreksi suhu 0.20
brix terkoreksi 12.4 dan drying 34.7.
Pada proses pemerahan digunakan saringan getar untuk menyaring nira
perahan pertama (NPP), dan nira pemerahan lanjutan (NPL). Saringan ini
digunakan bergantian dengan DSM Screen.
PG. Madukismo memiliki satu unit saringan getar.
DSM Screen merupakan
alat yang digunakan untuk menyaring ampas halus. DSM screen ini bekerja secara
memutar, nira yang masih terdapat ampas halus ini dialirkan ke penyaring guna memisahkan
nira dari ampas halus. Ampas ini kemudian dijatuhkan ke krepyak ampas sedangkan
nira dialirkan ke saluran nira yang berada di bawahnya.
Ampas tebu dari unit gilingan V ke ketel diangkut menggunakan Flight conveyor. Alat ini
memiliki panjang 7,7 m dan lebar 1,18 m. Alat ini terdiri dari papan-papan kayu
yang disusun dan digerakkan menuju ke atas.
Sebelum menuju proses pemurnian, nira ditimbang terlebih dahulu
menggunakan timbangan nira mentah untuk mengetahui berat nira mentah. Kapasitas
alat ini adalah 5 ton dalam satu kali timbang. Terdapat 1 buah timbangan nira
mentah di PG. Madukismo.
1.3. Proses Pemurnian
Produksi gula mulai dari proses penggilingan sampai proses penyelesaian
harus benar-benar baik, terutama pada proses pemurnian nira di stasiun
pemurnian. Hal ini disebabkan nira yang keluar dari stasiun gilingan masih
mengandung kotoran. Oleh karena itu, nira harus dimurnikan dengan tujuan untuk
menghilangkan kotoran yang terkandung dalam nira (Fahmie, 2002).
Penghilangan kotoran dilakukan dengan pengaturan kondisi proses sebaik
mungkin, sehingga jumlah sukrosa maupun monosakarida yang rusak berkurang. Nira
mentah yang berasal dari stasiun penggilingan terdiri dari berbagai macam
komponen. Komponen nira mentah antara lain air, gula (sukrosa), monosakarida
(gula reduksi), asam organik dan protein, bahan lilin, bahan organik, dan tanah
dan pasir. Tujuan dari pemurnian nira adalah untuk menghilangkan kandungan
bukan gula sebanyak mungkin, dengan kerusakan gula dan gula reduksi
sekecil-kecilnya.
Sifat dari sukrosa yaitu akan rusak pada suasana asam tetapi lebih
stabil pada suasana netral atau basa, sedangkan gula reduksi stabil dalam
suasana asam dan akan rusak pada suasana alkalis. Kerusakan akan semakin besar
dengan naiknya suhu dan bertambahnya waktu. Karena itu dalam proses pemurnian,
ketiga hal yaitu pH, suhu dan waktu tidak boleh bersamaan dalam kondisi yang
ekstrim. Menurut Solomon (1987), sukrosa merupakan salah satu contoh paling
umum dari disakarida yang bersifat menyebabkan rasa manis dalam buah-buahan dan
tebu, lebih manis dari laktosa. Selain itu, sukrosa sangat mudah larut, dan
bila dipanaskan pada suhu tinggi akan terurai sebagian dalam bentuk karamel
(DeMan, 1997).
Penghilangan kotoran menurut Supriyono (2006) dilakukan dengan 3 cara
yaitu:
1. Cara Kimia
Penghilangan kotoran secara
kimia dengan menggunakan suatu zat yang dapat bereaksi dengan niranya. Nira
yang bersifat asam harus dinetralkan dengan suatu basa yang dapat menimbulkan
efek pemurnian yang baik. Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai
berikut:
A + B Ã AB
Produk AB yang terbentuk dari
reaksi penetralan atau penggaraman tersebut diharapkan menghasilkan suatu bahan
yang tidak larut di dalam nira (mengendap), sehingga komponen A yang terdapat
dalam nira dapat mengendap yang berarti terjadi pemurnian terhadap komponen A
dari nira.
2. Cara Kimia Fisika
Proses penghilangan kotoran
cara kimia fisika peristiwanya bersumber dari cara kimia. Suatu peristiwa yang
disebut absorbsi yaitu kemampuan bahan untuk menarik benda-benda lain di
sekitarnya ke permukaan benda tersebut. Dengan cara kimia tadi dimana terbentuk
endapan AB, endapan ini dapat menyerap partikel-partikel kecil di sekitarnya
dan membawa partikel ke permukaan endapan sehingga ikut mengendap. Dengan
demikian terjadi penghilangan kotoran lembut dari nira sehingga nira menjadi
jernih.
3. Cara Fisis
Penghilangan kotoran secara
fisika digolongkan menjadi beberapa cara, seperti pengendapan, penyaringan, dan
pengapungan. Keberhasilan proses penghilangan kotoran secara fisis tergantung
dari hasil pekerjaan secara kimia fisika.
1.4. Proses Evaporasi
Hasil dari proses pemurnian adalah nira encer. Langkah selanjutnya dalam
proses pengolahan gula adalah proses penguapan. Penguapan dilakukan dalam
bejana evaporator. Tujuan dari penguapan nira encer ini adalah untuk menaikkan
konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi jenuhnya (Risvan, 2008). Evaporasi
dalam industri makanan dapat digunakan dengan mengkonsentratkan makanan agar
menjadi lebih kental. Biasanya dilakukan dengan menghilangkan kadar airnya
(Potter, 1995).
Penguapan
adalah proses yang digunakan untuk mengurangi kadar air yang ada pada nira
dengan menggunakan panas, karena nira dari proses pemurnian merupakan nira yang
masih encer dan masih banyak mengandung air. Tujuan dari penguapan ini adalah
untuk meningkatkan kandungan padatan dari produk pangan, memberikan kenyamanan
bagi konsumen dan pabrik, serta mengubah flavor dan warna dari suatu produk
pangan (Fellows, 1990).
Menurut
Soejardi (2003), komponen terbesar dalam nira encer adalah air sehingga pada proses
evaporasi ini berfungsi untuk menghilangkan sebagian air yang terdapat pada
nira. Pada
proses penguapandilakukanmenggunakanbeberapaalat, yaitu:
1. Evaporator
Evaporator merupakan bejana pemanas yang menguapkan nira yang bekerja secara berurutan.
Peralatan evaporato rterdiri
dari centralcondenser,
pompa vaccum yang
digerakkan dengan electromotor,
badan evaporator, pipa – pipa uapnira, pipa – pipa exhauststeam, pipa – pipa pencuci/ pipa – pipa air, pompa air condensate, pipa – pipa condensate, pompa soda, tanki dan
perpipaan, perpipaan nira. Untuk menguap kan nira dan dilengkapi ruang vakum
untuk menurunkan titikdidih nira sehingga kerusakan ukrosa dan monosakarida
dapat ditekan. PG Madukismo mempunyai
lima buah pan penguapan yang telah diatur jadwal pembersihannya sehingga dapat
digunakan secara bergantian dan kemampuan penguapan tetap terjaga.
2. TangkiKondensat
Untuk
menampung air kondensat yang berasal dari proses penguapan secara keseluruhan
yang menghasikan air kondensat kemudian digunakan sebagai air pengisi ketel dengan
suhu air yang relatif tinggi
3. Ketel
Uap
Untuk
mengubah air menjadi uap yang akan digunakan sebagai pembangkit tenaga uap
4. PompaVakum
Untuk membuat kondisi menjadi hampa pada
bejana evaporator, menarik uap hasil penguapan, kemudian uap tersebut dijadikan
air embun dengan cara menginjeksi air dingin hingga uap tersebut menjadi dingin
dan berubah menjadi air embun yang siap untuk dibuang.
Proses evaporasi pada umumnya menggunakan energi panas untuk menguapkan
air pada titik didihnya (Potter, 1995). Selama proses penguapan ini panas laten
pindah dari mesin ke produk, sehingga suhu pada produk dapat meningkat mencapai
titik didihnya (panas sensibel).Tekanan uap air meningkat sehingga membentuk
gelembung dari uap air pada cairan. Uap air akan menguap dari permukaan cairan
(Fellows, 1990).
Menurut Potter (1995), evaporasi dengan menggunakan sistem vakum dapat
membantu menghilangkan kadar air dengan temperatur yang rendah. Dengan menggunakan
suhu pemanasan yang rendah ini bahan makanan yang akan diuapkan tidak akan
rusak.Proses penguapan ini biasanya menggunakan panas untuk menguapkan air pada
titik didihnya. Produk pangan pada umumnya tidak tahan terhadap panas, sehingga
pemanasan yang terlalu lama dapat menyebabkan off flavoratau penurunan kualitas. Sukrosa atau gula pasir
mudah rusak pada suhu yang tinggi.
1.5. Proses Kristalisasi
Proses kristalisasi merupakan salah satu proses yang
penting dalam pembuatan gula di PG Madukismo. Proses
kristalisasi merupakan suatu tahap proses penguapan lebih lanjut yang digunakan
untuk pemasakan ula. Penguapan lebih lanjut ini dilakukan untuk mengkristalkan
nira hasil penguapan menjadi lebih kental. Kehilangan gula dalam proses ini dapat meminimalkan waktu
proses, sehingga dengan demikian biayanya pun dapat diminimalkan.
Proses pembentukan kristal gula pada dasarnya adalah untuk penghilangan
air dari larutan sukrosa, sehingga larutan menjadi jenuh dan akhirnya
mengkristal. Apabila kristal yang terdapat pada nira kental yang satu dengan
yang lain saling tarik – menarik, maka kristal sukrosa yang terdapat di bagian
dalam akan mengalami kesetimbangan antara molekul sukrosa yang larut dan yang
mengkristal. Keadaan ini yang dinamakan dengan keadaan lewat jenuh.
PG Madukismo
menggunakan system kristalisasi bertahap yaitu tipe masakan A-C-D. Hal ini
bertujuan untuk mencegah karamelisasi dan terbentuknya kerak akibat dari
pemanasan secara kontinyu.Tipe masakan A-C-D disebut juga dengan tipe masakan Tripple Trap Boiling System. Dari
sistem ACD diperoleh Harga Kemurnian (HK) yang berbeda – bedaya itumasakan A
dengan HK > 80, masakan C dengan HK 70 – 74, dan untuk masakan D dengan HK
56 – 60. Perbedaan tingkat masakan ditentukan dengan tinggi rendahnya kemurnian
(kemurnian berdasarkan kandungan sukrosa pada gula).
Masakan A
menggunakan nira kental sebagai bahan masakan yang akan menghasilkan campuran
Kristal sukrosa dengan nira yang belum mengkristal, yang disebut juga dengan stroop. Campuran tersebut diturunkan
kepalung pendingin A dan diputar sehingga menghasilkan gula A dan stroop A. Stroop ini dipakai sebagai bahan
masakan C, kemudian diturunkan pada palung pendingin C dan diputar di putaran C
menghasilkan stroop yang
digunakan sebagai masakan D. Masakan D diturunkan pada palungp endingin D,
diputar padaputaran D1 menghasilkangula D1 dantetes. Tetes tersebut dibawa kepabrik spiritus, dan gula D1 diputar lagi pada
putaran D2. Gula A masuk kedalam mixer dan
diputar pada putaran SHS yang dipakai untuk tambahan masakan A, C, dan D.
1.6. Analisa Mutu
a. Analisa Mutu Proses Penggilingan
Pada stasiun penggilingan dilakukan uji dalam proses pengawasan mutu
dengan menganalisa sampel hasil gilingan. Analisa dilakukan untuk mengetahui
seberapa efektif proses produksi. Dalam setiap analisa dihitung % brix, % pol dan harkat kemurnian
(HK). % brix merupakan
jumlah zat kering yang terlarut. Analisa yang dilakukan antara lain analisa
gilingan 1, 2, 3, 4 dan 5, analisa nira mentah, analisa ampas gilingan 5.
Analisa % brix pada
semua gilingan dan nira mentah dilakukan dengan cara memasukkan sampel ke dalam
mol brix hingga
penuh. Analisa persen pol gilingan pada nira mentah dapat dilakukan dengan cara
mengambil 100 ml sampel, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100-110 ml.
Sampel ditambahkan dengan 5 ml Pb Asetat dan air suling hingga batas tera, lalu
digojog lalu disaring. Tapisan 10 ml pertama dibuang dan tapisan berikutnya
dimasukkan ke dalam pol buis, kemudian drying dibaca pada polarimeter. Pol buis yang digunakan
harus penuh, tidak boleh ada gelembung udara. Jika terdapat gelembung udara di
dalam pol buis maka drying tidak
akan terbaca. Persen pol pada gilingan dan nira mentah dihitung dengan rumus:

Analisa ampas dilakukan pada sampe ampas dari gilingan 5. Penentuan
kadar ampas kering dapat dilakukan dengan cara menimbang ampas sebanyak 1 kg
dan dimasukkan ke dalam alat pengering ampas selama 1 jam dengan suhu konstan
90-110oC. Setelah 1 jam ampas didinginkan ± 15 menit kemudian ditimbang.
Penentuan % pol pada ampas gilingan dapat dilakukan dengan cara
menimbang 1 kg ampas, kemudian dimasukkan ke dalam alat pemasak ampas dan
ditambahkan dengan 10 liter air. Sampel dipanaskan selama 1 jam dengan suhu
konstan 90-110oC dan didinginkan selama 15 menit. Air yang
dihasilkan diambil 100 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100-110 ml.
Sampel ditambahkan dengan 5 ml Pb asetat dan air suling sampai batas tera, lalu
larutan digojog dan disaring. 10 ml pertama dibuang dan tapisan berikutnya
dimasukkan ke dalam pol buis 400 dm, kemudian drying dibaca pada polarimeter. Persentasi pol
ampas dapat dihitung dengan rumus:

b. Analisa Mutu Proses Pemurnian dan Evaporasi
Analisa mutu pada proses pemurnian dan evaporasi hampir
sama. Pada analisa sampel dari proses pemurnian dilakukan dengan menganalisa pH
dan analisa dunsap (Nira encer). Analisa pH nira dari defekator I dilakukan
dengan indikator BTB (Brom Thymol Blue)
dan PAN. Apabila nira dan defekator I yang ditetesi berubah menjadi warna
hijau, maka penambahan susu kapur dihentikan karena pH yang diinginkan sudah
tercapai yaitu pH 7-7,2. Analisa pH yang lainnya yaitu nira dari defekator II
yang diberi susu kapur berlebih. Analisa ini menggunakan indikator PP (Phenol Phtalin), apabila warna nira
berubah menjadi merah maka pH yang diinginkan sudah tercapai yaitu pH 9-9,5.
Pada proses evaporasi tidak dilakukan analisa pH karena sampel dari proses
evaporasi adalah nira kental.
Analisa-analisa
yang dilakukan pada nira encer dan nira kental adalah analisa penentuan % brix, % pol dan HK. Persentasi brix dapat dilakukan dengan cara
mendinginkan sampel hingga suhu 35C. Sampel dimasukkan ke dalam mol brix hingga penuh. Ke dalam mol brix ditambahkan penimbang brix, kemudian didiamkan selama 10
sampai 15 menit dan dibaca brix dan
suhu pada mol brix.
Penentuan % pol nira encer sama dengan pengukuran % pol nira mentah. Nilai HK
dari nira encer, nira mentah dan nira gilingan dapat dihitung dengan rumus
Pada
proses pemurnian dilakukan analisa terhadap blotong yang meliputi penentuan
kadar zat kering dan % pol blotong. Penentuan kadar zat kering blotong
dilakukan dengan cara menimbang 20 gram blotong di dalam pinggan timbangan yang
telah ditentukan berat konstannya. Sampel dimasukkan ke dalam oven pada suhu
konstan 105-110°C selama 4 jam. Setelah 4 jam, sampel didinginkan dalam
desikator selama kurang lebih 15 menit dan kemudian ditimbang. Untuk menentukan
% pol blotong, dilakukan dengan menimbang 50 gram blotong dan dihaluskan dalam
lumpang porselin. Sampel yang telah diihaluskan dimasukkan ke dalam labu takar
mulut lebar berukuran 200 ml dan ditambahkan 5 ml Pb asetat dan air suling
sampai tanda 200 ml, larutan digojog hingga homogen dan disaring. 10 mm tapisan
pertama dibuang dan tapisan berikutnya dimasukkan dalam pol buis 200 dm,
kemudian drying dibaca
di polarimeter. Pada proses evaporasi tidak dilakukan analisa blotong karena
pada proses evaporasi tidak menghasilkan limbah blotong.
c. Pengawasan Mutu
di Stasiun Masakan (Kristalisasi)
Terbentuk dan tumbuhnya kristal pada proses masakan melalui mekanisme
nira kental terdiri atas air dan melokul sakarosa. Jarak antara molekul yang
satu terhadap lainnya relatif jauh. Bila molekul airnya diuapkan maka jarak
antar molekull sakarosa semakin lama semakin pendek dan makin sering
bertabrakan. Akibatnya terjadilah terjadilah penggabungan dan pembentukan
rantai-rantai, yang dinamakan sub mikron. Proses ini terjadi bila larutan
tersebut menjadi jenuh karena penguapan. Pada penguapan berikutnya, sub mikron-sub
mikron tersebut bergabung menjadi satu membentuk inti-inti kristal yang dapat
dilihat bila setetes larutan tersebut ditaruh di atas kaca kemudian dilihat di
atas cahaya. Inti-inti kristalitu berangsur-angsur akan tumbuh. Pertumbuhan
kristal itu disebabkan karena molekul-molekul sakarosa yang secara bertahap
menempel pada bidang permukaan inti kristal (Martoharsono, 1978).
Untuk mendapatkanmutu yang baik pada produksi gula PG Madukismo maka
syarat masakan yang bisa diturunkan kepalung pendingin dari adalah:
— Kristalnya besar dan rata, dalam hal ini ukuran
kristal dalam masakan A=0,9-1,0 mm (HK: 80-84), masakan C= ±0,5 mm (HK: 70-73), masakan D= ±0,3 mm (HK: 56-61)
— Larutan induk tipis dan bening
— Bebas
dari Kristal palsu
— Kristal
dalam kondisi rapat
Dipalung pendingin akan terjadi kristalisasi
lanjut pada masakan sehingga harus dilakukan pengawasan mutu. Agar proses
berlangsung optimal makapalung pendingin di PG Madukismo dilengkapi dengan:
· Heat exchanger, dimana di dasar palung
terdapat pipa yang dialiri air (40oC) sehingga proses pendinginan
masakan akan berlangsung lebihcepat.
· Pengaduk,
sehingga masakan tetap dalam kondisi homogen.
2. Proses Pengolahan Alkohol dan Ethanol
2.1. Pengenceran
Tetes tebu yang diperoleh dari sentrifuge diencer di Tangki
Pengencer Brix 14’ tetestebu. Sebelumnya tetes tebu diukur di tangki ukur.
2.2. Penyaringan (Filtrasi)
Pada proses penyaringan, tetes tebu diatur pHnya sekitar 4,8
dengan diberi H2 SO4 agar tetes tebu tidak tekontaminasi
dengan bakteri lain. Hal ini dilakukan agar tetes tebu tidak gagaldalm proses
peragian. Karena dalam proses peragian tetes tebu akan diberi bakteri khusus
yangdapat menjadikan tetes tebu menjadi atau memiliki kandungan alkohol.
2.3. Peragian
Tetes tebu yang pHnya telah diatur (4,8), kemudian masuk ke
tangki pembibitan dan fermentasi. Pada tangki tersebut tetes tebu diberi
ragi yang mengandung bakteri (Sacharomyces Cerevisiae).
2.4. Destilasi (Penyulingan)
Tetes tebu yang telah diberi ragi akan masuk ke proses
destilasi.Destilasi atau penyulingan bertujuan untuk memisahkan
alkohol dengan air sehingga kadar alkohol lebihtinggi. Di P.S Madubaru destilasi dilakukan secara bertingkat atau
disebut destilasi bertingkat.
3. Pengolahan Limbah
Proses
pengolahan limbah sebagai berikut :
a. Blotong yang
didapat dari proses pemurnian nira direaksikan dengan zat-zat organik. Blotong
akan menjadi pupuk yang mengandung N, P dan K.
b. Limbah dari
gula berupa tetes dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alkohol. Pembuatan
alkohol murni dengan cara memfermentasikan tetes dengan bakteri Sacharomyces
Cereviceae.
c. Bocoran
minyak pelumas berasal dari stasiun gilingan ditampung di drum-drum kemudian
dimanfaatkan kembali.
d. Vinnase
(Slop), berasal dari stasiun destilasi dimanfaatkan untuk irigasi pertanian
karena mengandung N, P dan K.
4. Kapasitas
Produksi dan Masa Produksi
Kapasitas Produksi Jumlah atau
kapasitas produksi yang dihasilkan, yaitu meliputi :
a.
Gula Pasir, dalam 1 hari gula pasir yang dihasilkan mencapai 250 ton atau dalam
1 tahun dapat mencapai 40.000 ton (40.000.000 kg) gula pasir.
b.
Spiritus, dalam 1 hari spiritus yang dihasilkan mencapai 25.000 liter atau
dalam 1 tahun mencapai 7.000.000 liter spiritus.
Masa
Berproduksi Produksi yang dilakukan di PT. Madukismo hanya 6 bulan sekali,
yakni setiap bulan Mei – Oktober 1 kali Produksi
a. Pabrik Gula Sekitar 5 sampai 6 blan per tahun
(24jam /hari). Terus menerus, antara bulan Mei s/d Oktober. Selain bulan
tersebut digunakan untuk memelihara mesin pabrik
(servis,revisi,perbaikan,penggantian dll).
b.
Pabrik Spiritus Sekitar 9-11 bulan pertahun (24 jam/hari) 2. Potensi produksi
di ekolokasi unggulan Hasil tebu 1.100 – 1.800 ku/ha Rendemen 8 – 11 % Hasil
hablur 80 – 150 ku/ha
Peralatan/
Mesin Produksi Peralatan/ mesin produksi yang digunakan dalam proses
pengolahan/pembuatan gula pasir, yaitu meliputi :
1.
Mesin penggilingan
2.
Mesin penyulingan
3.
Mesin penguapan
4.
Mesin pemurnian
Peralatan/
mesin produksi yang digunakan dalam proses pengolahan /pembuatan spiritus,
yaitu meliputi :
1.
Tengki pencampur
2.
Tengki peragian
3.
Tengki penggilingan
C. Produk / Jasa
Produksi
Utama ( dari PG. Madukismo ) adalah Gula pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Head
Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi di pantau oleh P3GI
Pasuruan (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia). Sedangkan Produksi Samping ( dari PS. Madukismo
) adalah Alkohol murni ( kadar minimal 95% ) dan Spiritus bakar ( kadar
94% ) Mutu
dipantau oleh balai penelitian kimia departemen perindustrian dan PT.
Sucoffindo Indonesia.
5. Perhitungan Biaya
Produksi
Biaya produksi PT.Maduksimo, meliputi :
a.Biaya Bahan Baku
b.Biaya Penolong
c.Biaya Tenaga Kerja, seperti gaji karyawan
d.Biaya Overhead Pabrik, seperti beban air, beban
listrik
e.Pajak :
•PG Madukismo
membayar pajak setiap tahun ke Kantor Pajak Bantul dengan menghabiskan biaya
sekitar 20 Milyar Rupiah / tahun.
•PS Madukismo
membayar bea cukai ke Jakarta dengan menghabiskan biaya sekitar 14 Milyar
Rupiah / tahun. Total pembayaran pajak PG/PS Madukismo menghabiskan biaya
sekitar 38 – 40 Milyar Rupiah.
Estimasi Laba
PT.Maduksimo PT.Madukismo diramalkan akan mengalami kenaikan laba disetiap
tahunnya, karena gula termasuk dalam “Sembako” yang umumnya sangat dibutuhkan
oleh masyarakat, selain itu untuk alcohol juga banyak dibutuhkan oleh bidang
farmasi, pembuatan kosmetik, dan bidang pendidikan, selain itu juga
PT.Madukismo juga memanfaatkan limbah padat untuk dibuat batako, pupuk kompos,
dan bahan bakar organik.
6. Penentuan
Harga
Berikut ini
merupakan harga produk PT.Madukismo, yaitu :
a.Produk Gula Pasir
Harga jual yang dikeluarkan oleh pabrik gula ini disesuaikan dengan harga
pokoknya. Selain itu, karena di perusahaan ini dilakukan penjualan dengan
sistem lelang, maka biasanya diawali dengan harga dasar yang sudah ditentukan.
Misalnya, apabila harga pokok Rp 8.000,00 / liter maka dalam lelang diawali
dengan harga dasar Rp 9.000,00 / liter dengan HET Rp 10.000,00 / liter.
b. Produk Spiritus
Untuk produk ini harga jual yang dikeluarkan oleh pabrik ini, yaitu seharga Rp
20.000,00 / liter.
D. Pemasaran
Wilayah
Pemasaran dan Sistem Distribusi Produk yang dihasilkan dari PG/PS Madukismo
dipasarkan ke Jogjakarta, Semarang, dan Solo. Untuk sistem distribusinya
umumnya dilakukan kepada masyarakat secara langsung dan lelang tertutup (gula
pasir). Untuk lelang tertutup disini berarti siapapun yang menawar dengan harga
tertinggi, maka dialah yang akan mendapatkan gula pasir tersebut, misalnya
pabrik akan melelang gula pasir sebanyak 230 ton dimulai dengan harga Rp
8.000,00/kg dan ternyata dalam lelang tersebut ada yang menawar, misalnya dari
pihak Carrefour menawar dengan harga Rp 10.000,00/kg dan harga tersebut
merupakan harga yang tertinggi dalam lelang tersebut, maka pihak Carrefour-lah
yang berhak mendapatkan gula pasir tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kunjungan industri merupakan salah
satu program wajib yang harus silaksanakan oleh semua siswa SMK, selain
ditujukan untuk berwisata juga digunakan untuk belajar mengenai lingkunan
pekerjaan disekitar kita. Karena kegiatan KUNJUNGAN INDUSTRI bertujuan
membekali siswa akan gambaran pengalama langsung proses produksi suatu
industri. Meningkatkan profesionalisme siswa dibidang pengetahuan/ilmu yang
diperoleh dibangku sekolah dan ilmu yang diterapkan diluar DU/DI didunia kerja,
dan siswa dapat membandingkan antara teori dan praktek lapangan.
Produksi gula diupayakan terus
meningkat baik dari segi kualitas maupum kuantitas, penggunaan
mesin-mesin (mekanisaai) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
produksi gula. Meskipun mesin-mesin yang digunakan bukan mesin berteknologi
canggih. Pada umumnya mesin-mesin yang digunakan oleh pabrik-pabrik gula di
Indonesia pengoprasiannya dilakukan oleh manusia. Mesin-Mesin tersebut bekerja
secara manual tidak secara komputerisasi.
Pembuatan gula terdiri dari beberapa
tahapan dan setiap tahap menggunakan mesin-mesin tersendiri. Adapun
tahapan-tahapan pembuatan gula itu adalah :
1. Tahapan pemerahan nira (ekstasi);
2. Tahapan pemurnian nira;
3. Tahapan penguapan nira;
4. Tahapan kristalisasi;
5. Tahapan pemisahan kristal; dan
6. Tahapan pengeringan.
Mesin-mesin yang digunakan dalam
tahapan-tahapan pembuatan gula di atas digerakan oleh tenaga yang berasal dari
pembangkit listrik dan pembangkit tenaga uap. Sedangkan bahan bakar untuk
pembangkitan tenaga uap itu sendiri berupa ampas tebu yang dihasilkan dari
proses pemerahan nira.
Produksi gula menggunakan mesin
manual lebih menghemat energi dibandingkan dengan produksi gula menggunakan
mesin yang berteknologi canggih. Kekurangan produksi gula menggunakan mesin
manual adalah tingkat produksi gula belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi
masyarakat.
B. Kritik
Saran
1.
Untuk Sekolah
Lebih
kreatif dalam mencari perusahaan untuk kunjungan industri agar siswa dapat
lebih banyak mengambil manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja.
2. Untuk
Perusahaan
- Lebih
fleksibel/terbuka dalam memberikan penjelasan mengenai kegiatan perusahaannya
- Lebih
komunikatif dan bisa berinteraktif kepada para peserta kunjungan industri
sehingga dapat terjadi hubungan timbal balikantara DU/DI dengan peserta kunjungan
industri.